tag:blogger.com,1999:blog-15477245618706583012024-02-06T20:17:50.424-08:00PHDI Jawa TengahBlog Parisada Hindu Dharma - Provinsi Jawa Tengahphdi jatenghttp://www.blogger.com/profile/13788816200367015283noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-1547724561870658301.post-43236514231014019062013-01-07T20:08:00.000-08:002013-01-07T20:08:07.925-08:00Weda Sumber Ajaran Agama Hindu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pengertian Weda</strong> <br />Sumber ajaran agama Hindu adalah
Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang
diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan
jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang
mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang
abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa
sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu
pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari
Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang
artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui
pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut
kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian
yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak
boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahasa Weda</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Bahasa
yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta
dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa
Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku
pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.<br />Sebelum nama Sansekerta
menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan
nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan
tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi
Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti
pula oleh Rsi Wararuci.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembagian dan Isi Weda<br />Weda adalah
kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh
manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku
weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua
kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga
dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai
kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir
sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun
sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Weda
Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya
bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman
yang sisinya tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti,
keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan
kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Srutistu wedo wijneyo dharma<br />sastram tu wai smerth,<br />te sarrtheswamimamsye tab<br />hyam dharmohi nirbabhau. (M. Dh.11.1o).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya:<br />Sesungguhnya
Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra,
keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena
keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu.
(Dharma)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Weda khilo dharma mulam<br />smrti sile ca tad widam,<br />acarasca iwa sadhunam<br />atmanastustireqaca. (M. Dh. II.6).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya:<br />Seluruh
Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian
barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari
orang-orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari
orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Srutir wedah samakhyato<br />dharmasastram tu wai smrth,<br />te sarwatheswam imamsye<br />tabhyam dharmo winir bhrtah. (S.S.37).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Artinya:<br />Ketahuilah
olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah
dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan
serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sloka-sloka
diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama
ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smerti
merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya
untuk setiap usaha.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk mempermudah sistem pembahasan materi isi
Weda, maka dibawah ini akan diuraikan tiap-tiap bagian dari Weda itu
sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SRUTI</div>
<div style="text-align: justify;">
Sruti adalah kitab wahyu yang
diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang Widhi Wasa) melalui para
maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya (originair) yang diterima
melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai periodesasinya dalam empat
kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda Sruti disebut juga Catur
Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya himpunan). Adapun
kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rg. Weda atau Rg Weda Samhita.<br />Adalah
wahyu yang paling pertama diturunkan sehingga merupakan Weda yang
tertua. Rg Weda berisikan nyanyian-nyanyian pujaan, terdiri dari 10.552
mantra dan seluruhnya terbagi dalam 10 mandala. Mandala II sampai dengan
VIII, disamping menguraikan tentang wahyu juga menyebutkan Sapta Rsi
sebagai penerima wahyu. Wahyu Rg Weda dikumpulkan atau dihimpun oleh Rsi
Pulaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sama Weda Samhita.<br />Adalah Weda yang merupakan kumpulan
mantra dan memuat ajaran mengenai lagu-lagu pujaan. Sama Weda terdiri
dari 1.875 mantra. Wahyu Sama Weda dihimpun oleh Rsi Jaimini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yajur Weda Samhita.<br />Adalah
Weda yang terdiri atas mantra-mantra dan sebagian besar berasal dari
Rg. Weda. Yajur Weda memuat ajaran mengenai pokok-pokok yajus.
Keseluruhan mantranya berjumlah 1.975 mantra. Yajur Weda terdiri atas
dua aliran, yaitu Yayur Weda Putih dan Yayur Weda Hitam. Wahyu Yayur
Weda dihimpun oleh Rsi Waisampayana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Atharwa Weda Samhita<br />Adalah
kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis. Atharwa
Weda terdiri dari 5.987 mantra, yang juga banyak berasal dari Rg. Weda.
Isinya adalah doa-doa untuk kehidupan sehari-hari seperti mohon
kesembuhan dan lain-lain. Wahyu Atharwa Weda dihimpun oleh Rsi Sumantu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagaimana
nama-nama tempat yang disebutkan dalam Rg. Weda maka dapat diperkirakan
bahwa wahyu Rg Weda dikodifikasikan di daerah Punjab. Sedangkan ketiga
Weda yang lain (Sama, Yayur, dan Atharwa Weda), dikodifikasikan di
daerah Doab (daerah dua sungai yakni lembah sungai Gangga dan Yamuna.<br />Masing-masing
bagian Catur Weda memiliki kitab-kitab Brahmana yang isinya adalah
penjelasan tentang bagaimana mempergunakan mantra dalam rangkain
upacara. Disamping kitab Brahmana, Kitab-kitab Catur Weda juga memiliki
Aranyaka dan Upanisad.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab Aranyaka isinya adalah
penjelasan-penjelasan terhadap bagian mantra dan Brahmana. Sedangkan
kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan mengenai
bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menguraikan tentang
hubungan Atman dengan Brahman serta mengupas tentang tabir rahasia alam
semesta dengan segala isinya. Kitab-kitab brahmana digolongkan ke dalam
Karma Kandha sedangkan kitab-kitab Upanishad digolonglan ke dalam Jnana
Kanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SMERTI</div>
<div style="text-align: justify;">
Smerti adalah Weda yang disusun kembali
berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi
materi secara sistematis menurut bidang profesi. Secara garis besarnya
Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok
Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelompok Wedangga:<br />Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(1). Siksa (Phonetika) <br />Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara. <br /><br />(2). Wyakarana (Tata Bahasa) <br />Merupakan
suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta
menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak
mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar.<br /><br />(3). Chanda (Lagu) <br />Adalah
cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu.
Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting.
Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun
temurun seperti nyanyian yang mudah diingat.<br /><br />(4). Nirukta <br />Memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.<br /><br />(5). Jyotisa (Astronomi) <br />Merupakan
pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang
diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas
tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai
pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya.<br /><br />(6). Kalpa <br />Merupakan
kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis
isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang
Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa. Srauta memuat berbagai ajaran
mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain,
terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Sedangkan kitab
Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna
yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga. Lebih lanjut,
bagian Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek tentang peraturan
hidup bermasyarakat dan bernegara. Dan Sulwasutra, adalah memuat
peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan,
misalnya Pura, Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan
dengan ilmu arsitektur.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Kelompok Upaweda:<br />Adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(1). Itihasa <br />Merupakan
jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan Mahabharata.
Kitan Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan
kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000
syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalah Ayodhya Kanda, Bala Kanda,
Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap
Kanda itu merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra yang
menarik. Di Indonesia cerita Ramayana sangat populer yang digubah ke
dalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini merupakan
kakawin tertua yang disusun sekitar abad ke-8.<br /><br />Disamping
Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh
maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan keluarga Bharata
dan menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri.
Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa"
artinya adalah "sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya") maka
Mahabharata itu gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan
keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata
meliputi 18 Parwa, yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa,
Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa,
Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa,
Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprastanikaparwa, dan
Swargarohanaparwa.<br /><br />Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di
dalam Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita, yang amat masyur
isinya adalah wejangan Sri Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat
yang amat tinggi.<br /><br />(2). Purana <br />Merupakan kumpulan
cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan silsilah para
raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan
bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan perkembangan dinasti
Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat ceitra-ceritra yang
menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan.
Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiran yang
menguraikan tentang ceritra kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra
untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan
petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ke
tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari kitab-kitab Purana adalah
memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme (Ketuhanan) yang dianut
menurut berbagai madzab Hindu. Adapun kitab-kitab Purana itu terdiri
dari 18 buah, yaitu Purana, Bhawisya Purana, Wamana Purana, Brahma
Purana, Wisnu Purana, Narada Purana, Bhagawata Purana, Garuda Purana,
Padma Purana, Waraha Purana, Matsya Purana, Kurma Purana, Lingga Purana,
Siwa Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.<br /><br />(3) Arthasastra <br />Adalah
jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran
ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra
atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang
dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara,
Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang
Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara
dan Rsi Canakya.<br /><br />(4) Ayur Weda <br />Adalah kitab yang menyangkut
bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai sistem sifatnya.
Ayur Weda adalah filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh karena
demikian, maka luas lingkup ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur
Weda meliputi bidang yang amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup.
Menurut isinya, Ayur Weda meliptui delapan bidang ilmu, yaitu ilmu
bedah, ilmu penyakit, ilmu obat-obatan, ilmu psikotherapy, ilmu
pendiudikan anak-anak (ilmu jiwa anak), ilmu toksikologi, ilmu mujizat
dan ilmu jiwa remaja.<br /><br />Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka
Samhita yang ditulis oleh Maharsi Punarwasu. Kitab inipun memuat
delapan bidan ajaran (ilmu), yakni Ilmu pengobatan, Ilmu mengenai
berbagai jens penyakit yang umum, ilmu pathologi, ilmu anatomi dan
embriologi, ilmu diagnosis dan pragnosis, pokok-pokok ilmu therapy,
Kalpasthana dan Siddhistana. Kitab yang sejenis pula dengan Ayurweda,
adalah kitab Yogasara dan Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan
Nagaryuna. isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan
sistem anatomi yang penting artinya dalam pembinaan kesehatan jasmani
dan rohani.<br /><br />(5) Gandharwaweda <br />Adalah kitab yang membahas
berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada beberapa buku penting yang termasuk
Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan
Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.<br /> </div>
<div style="text-align: justify;">
Dari
uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smerti meliptui
banyak buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang tertentu.
Ditambah lagi kitab-kitab agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama dan
Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya,
Yoga, Mimamsa dan Wedanta. Kedua terakhir ini termasuk golongan filsafat
yang mengakui otoritas kitab Weda dan mendasarkan ajarannya pada
Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat diperkirakan betapa luasnya
Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Di dalam ajaran
Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu, karena tiap ilmu akan menunjuk
pada satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Hal inilah yang
perlu diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara
sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik Departemen Agama)<br />Disusun oleh Drs. Anak Agung Gde Oka Netra</div>
</div>
phdi jatenghttp://www.blogger.com/profile/13788816200367015283noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-1547724561870658301.post-56457434106890951082013-01-07T19:23:00.002-08:002013-01-07T19:35:34.559-08:00Hidup Lebih Sukses<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<b></b><br />
KITA sudah
memasuki tahun 2012 selama setengah bulan dan bersiap menyambut
datangnya tahun Naga Air tanggal 4 Februari-–walaupun perayaan musim
semi menurut kalender bulan jatuh pada tanggal 23 Januari mendatang.
Tahun baru diwarnai dengan harapan baru, cita-cita, impian, dan tekad
yang baru. Bukan hanya dalam lingkungan kerja namun juga dalam pribadi
kita masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam dunia usaha dan bisnis, akhir tahun
ditandai dengan tutup buku. Perusahaan menghitung apa yang sudah
dihasilkan. Sedangkan awal tahun ditandai dengan memulai catatan baru,
target yang diharapkan dalam tahun berjalan, usaha baru yang perlu
dilakukan untuk mencapai target yang baru. Semua badan usaha
mengharapkan tahun ini lebih baik daripada tahun lalu dalam segi omzet,
keuntungan, dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kehidupan kita secara pribadi tidak
jauh berbeda. Semua orang berharap bahwa kehidupan hari ini lebih baik
daripada kemarin, hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Tahun
ini tentu harus lebih baik daripada tahun lalu. Secara tidak langsung
ini merupakan rahasia sukses, berusaha untuk lebih baik dan terus lebih
baik daripada hari-hari sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak orang yang
menghubungkan kesuksesan dengan keberhasilan dalam bidang finansial,
keuntungan yang lebih besar atau pendapatan yang lebih baik sehingga
mampu memenuhi semua kebutuhan hidup dalam kualitas yang paling prima.
Banyak orang yang pernah sukses secara finansial namun tanpa memiliki
perencanaan untuk sukses secara terus menerus, kesuksesan tersebut hanya
bersifat sementara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan duniawi. Dengan kata lain,
kita perlu belajar dan terus belajar untuk menjaga pengetahuan yang kita
miliki. Kita perlu berlatih dan terus berlatih untuk menterampilkan
diri. Untuk semua itu, diperlukan semangat yang tidak mudah menyerah,
usaha yang terus menerus, ketekunan yang tidak ada habisnya, dan
kebijaksanaan untuk bisa melihat arah yang sudah ditempuh dan
memperbaiki diri apabila ada yang keliru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain kehidupan
spiritual juga perlu diperhatikan. Harapan hidup yang terakhir pada
setiap orang adalah lahir di alam surga. Sedangkan sebagai umat Buddha
kita mengharapkan kebahagiaan tertinggi sebagai tujuan akhir. Untuk
mencapai semuanya, diperlukan kesuksesan dalam bidang batin. Kesuksesan
duniawi belum tentu membawa kita terlahir di alam yang lebih baik,
apalagi mencapai kebahagiaan tertinggi, apabila tanpa dilandasai dengan
kesuksesan dalam bidang batin.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Harta yang berlimpah, rumah yang
megah bak istana, kendaraan mewah, perusahaan yang beragam, semuanya
tidak akan kita bawa ketika kehidupan ini berakhir. Semuanya akan
berpindah tangan menjadi milik orang lain; mungkin menjadi sumber
keributan baru dalam keluarga karena semua pihak saling memperebutkan.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk
mencapai kesuksesan dalam batin, kita juga perlu memiliki pengetahuan
dan latihan. Ajaran agama dapat menjadi pengetahuan yang mendasar.
Dengan membaca ajaran agama kita mengetahui apa yang baik dan pantas
untuk dilakukan dan apa yang tidak baik serta tidak pantas untuk
dilakukan. Ajaran agama tentu akan mengajarkan pengikut atau umatnya
untuk berbuat baik.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir semua agama mengajarkan tentang cinta
kasih, kasih sayang, simpati, belas kasihan, peduli dengan sesama,
saling membantu, berdana, dan sebagainya. Banyak umat beragama
mengetahui hal ini. Sayangnya, sebagian besar mengetahui hanya sebatas
pengetahuan dan tidak pernah dipraktikkan dalam kehidupan ini. Kalau pun
mempraktikkan, sebatas hanya pada saat tertentu dengan pertimbangan
tertentu.<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Memasuki tahun ini, mari kita buat harapan baru. Hidup
yang lebih sukses daripada tahun sebelumnya. Hari ini harus lebih baik
daripada kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Bukan
hanya dalam bidang duniawi, bisnis, karier, pelajaran, dan sebagainya.
Namun juga sukses dalam bidang spiritual. Kadar spiritual kita pada hari
ini harus lebih baik daripada kemarin dan esok harus lebih baik
daripada hari ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Luangkan waktu untuk melatih diri secara
spiritual. Bermeditasi, membaca paritta, berdana kepada siapa saja yang
membutuhkan, menjalankan sila yang lebih baik dan lebih taat, dan
sebagainya. Semua ini dilakukan untuk bekal perjalanan hidup kita di
masa mendatang. Terus melangkah di jalan Dhamma, mengembangkan Dhamma,
dan melatih diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semoga semua hidup berbahagia. </div>
</div>
phdi jatenghttp://www.blogger.com/profile/13788816200367015283noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1547724561870658301.post-11684364340659618242013-01-06T23:19:00.001-08:002013-01-07T19:35:51.211-08:00Mantra dan Yantra<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>MANTRA DAN YANTRA</b><br />
Memahami Pelaksanaan Yajna di Bali<br />
oleh : IBG. Agastia</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam
Studi singkatnya tentang Pancayajna di India dan Bali (Pancayajnas in
India and Bali, 1975, Dr. C. hooykaas) telah membuat studi perbandingan
tentang dewayajna, Pitrayajna, manusayajna dan bhutayajna antara India
dan Bali dengan mengambil bahan sumber tertulis dan tradisi yang
berlangsung. Hoykaas melihat esensi pelaksanaan yajna tersebut tetap
sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>MANTRA DAN YANTRA</b><br />
Memahami Pelaksanaan Yajna di Bali<br />
oleh : IBG. Agastia</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam
Studi singkatnya tentang Pancayajna di India dan Bali (Pancayajnas in
India and Bali, 1975, Dr. C. hooykaas) telah membuat studi perbandingan
tentang dewayajna, Pitrayajna, manusayajna dan bhutayajna antara India
dan Bali dengan mengambil bahan sumber tertulis dan tradisi yang
berlangsung. Hoykaas melihat esensi pelaksanaan yajna tersebut tetap
sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yajna berasal dari bahasa Sansekerta, terbentuk dan akar
kata yaj berarti memuja, menyembah. Pemujaan atau penyembahan tersebut
ditumbuhkan untuk mencangkup aspek-aspek kehidupan yang beragam serta
aksistensi kehidupan sebagai suatu kesatuan. Secara sepintas yajna
terlihat sebagai suatu ritualistik, tetapi sesungguhnya di dalamnya
terkandung aspek sosiologis, kosmologis dan religio-filosofis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lewat
Gita dapat kita ketahui ada Yajna-Purusa, mahluk tertinggi yang
bertindak sebagai penguasa yajna. Awalnya Prajapati-Brahma, Tuhan
sebagai pencipta diidentifikasikan sebagai penguasa yajna. Namun
kemudian Beliau yang meresapi semuanya menjadi yajneswara, yajna bhrit,
yajna bhawana, yajna bhoktra, dan sebagainya. Dialah yang menenima semua
kewajiban dalam semua yadjna di seluruh jagat (Gita, V. 29; IX.23).
Maka kemudian timbul kesadaran. bahwa manusia harus melaksanakan yajna,
karena yajna-cakra adalah hukum kesemestaan yang tak dapat dihindari
oleh manusia. Tanpa melaksanakan yajna, manusia hidup sia-sia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya
untuk masyarakat luas dirumuskan adanya panca mahayajna terdiri atas
dewayajna, pitrayajna, resiyajna, manusa yajna dan bhuta yajna.
Pancamahayajna tersebut sesungguh-nya adalah sebuah kesatuan, muncul
dari pemikiran tentang kesatuan semesta. Alam semesta adalah satu
kesatuan dan saling bergantung satu sama lain. Tidak ada benda mengada
sebagai eksistensi yang terpisah dari yang lain. Setiap orang bergantung
pada yang lain atas kelahiran fisik, eksistensi, pengetahuan dan
kebudayaan dan keperluan lainnya. Setiap orang dihubungkan dengan
Realitas Tertinggi yang satu dan sama. Tak ubahnya dengan
gelombang-gelombang ombak dengan samudera. Jadi, setiap orang pada
dasarnya berhutang budi pada yang lainnya dalam cara yang berbeda.
Adalah wajib bagi siapa saja untuk membayar utang (Rna) kepada yang
lain. Hutang-hutang tersebut adalah dewarna, pitrarna, resirna,
manusarna dan bhutarna. Panca Rna inilah melahirkan pancamaha yajna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu
sentralnya kedudukan yajna dalam agama Hindu, sehingga banyak hal
berhubungan dengan yajna seperti tapa, japa, mantra, mudra, yatra,
acara, upakara, diwasa dan yang lainnya. Demikian pula dengan yoga, dan
sang muput yajna sebagai seorang yogi. Hubungan satu dengan yang lainnya
diuraikan secara ringkas berikut ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>YAJNA</i>: Mantra dan Yantra<br />
Dr.
.R. Cons dalam disertsinya secara luas membahas kitab Bhuwanakosa, yang
disebutkan sebagai tulisan teologi yang paling tua ditemui dalam
tradisi jaya Kuna, memuat sloka-sloka Sansekerta, yang kemudian disimpan
dan dipelajari oleh para pandita di Bali. Goris juga menjelaskan bahwa
sejauh ini tulisan-tulisan teologi yang muncul kemudian, mengambil
bahannya dan karya tertua bersifat Siwa-siddhanta tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
Bhuwanakosa uraian penghargaan dan yang terendah sampai yang tertinggi
adalah: arcana, mudra, mantra, kutamantra, dan pranawa. Dalam
pelaksanaan yajna semuanya merupakan sebuah kesatuan. Yang
dimaksud arcana di sini adalah berbagai bentuk simbol-simbol keagamaan,
termasuk upakara (banten) dan juga yantra. Yantra umumnya berarti alat
untuk melakukan pemusatan pikiran, dapat berbentuk pratima atau mandala.
Yantra dapat berbentuk diagram, dilukis atau dipahatkan di atas logam,
kertas atau benda-benda lain yang disucikan. Yantra secara simbolik
adalah tempat mensthanakan Tuhan Yang Maha Kuasa. Bagi seorang pemuja
Saraswati aksara atau lontar/kitab adalah yantra. Di tempat lain daksina
(banten daksina), atau catur (banten catur) adalah yantra. maka Yantra
adalah alat sejauh itu berguna sebagai obyek untuk memusatkan pikiran,
tetapi sekaligus juga dapat menerima turuninya Dewa yang dipuja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mudra
berasal dari akar kata mud berarti “membuat senang”. Mudra diyakini
membuat Dewata yang dipuja senang. Terdapat 108 mudra, 55 di antaranya
yang biasa digunakan. Mudra yang dimaksudkan disini adalah sikap-sikap
ketika memuja, dilakukan dengan posisi tangan dan jari-jari tertentu,
termasuk sikap badan seperti dalam latihan yoga. Matsya mudra misalnya
dilakukan ketika mempersembahkan Arghya, yaitu dengan meletakkan tangan
kanan di punggung tangan kiri lalu direntangkan, seperti sirip kedua ibu
jari, dan sungu yang berisi air diandaikan samudera lengkap dengan
ikan-ikan di dalamnya. Di samping untuk menyenangkan Dewata, mudra juga
diyakini dapat memberikan siddhi, dan pelaksanaannya dapat memberikan
keuntungan bagi tubuh seperti kestabilan, kekuatan dan penyembuhan
penyakit. Mudra adalah hal yang sangat penting bagi para sulinggih di
Bali dalam pelaksanaan yajna (Kat Angelo, Mudra’s on Bali, 1992).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah
mudra kita masuk ke dalam hal yang sangat penting yaitu mantra,
kuta-mantra dan pranawa mantra. Mantra yang disusun dengan aksara-aksara
tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk
bunyi, sedangkan aksara-aksara itu sebagai perlambang dari bunyi
tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus
disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan swara (ritme) dan warna
(bunyi). Mantra itu mungkin jelas dan mungkin tidak jelas artinya.
Kuta-mantra atau wija-mantra, misalnya Hrang, Hring Sah, tidak mempunyai
arti dalam bahasa sehari-hari. Tetapi mereka yang sudah menerima
inisiasi mantra mengetahui bahwa artinya terkandung dalam perwujudarmya
itu sendiri (swa-rupa) yang adalah perwujudan Dewata yang dipuja. Untuk
memahami hal ini terlebih dahulu kita harus memahami proses lahirnya
mantra atau wijamantra itu sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti halnya antariksa
gelombang bunyi dihasilkan oleh gerakan-gerakan udara (wayu), karena itu
di dalam rongga tubuh yang menyelubungi jiwa gelombang bunyi dihasilkan
oleh gerakan-gerakan pranawayu dan proses menarik dan mengelurkan
nafas. Shabda pertama kali muncul di muladhara-cakra dalam tubuh. Bunyi
yang teramat lembut yang pertama kali muncul di dalam Muladhara disebut
para, berkurang kelembutannya ketika sudah sampai di sanubari yang
dikenal dengan pasyanti. Ketika mencapai buddhi, bunyi itu sudah menjadi
lebih kasar lagi disebut Madhyama. Akhirnya sampai kepada wujudnya yang
kasar, keluar melalui mulut sebagai waikhari. Substansi semua mantra
adalah Cit, dengan perwujudan luarnya sebagai bunyi, aksara, kata-kata.
Maka aksara itu sesungguhnya adalah yantra dan aksara atau Brahman yang
tak termusnahkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa proses harus dilakukan sebelum mantra
itu dapat diucapkan, seperti penyucian mulut (mukha soddhana), penyucian
lidah (jihwasoddhana), penyucian terhadap mantra itu sendiri
(ashaucabhanga) dan lain-lain. Yang intinya segalanya dalam suasana
penuh kesucian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pranawa mantra adalah OM, yang merupakan intisari
dari semua mantra. Dan OM inilah merupakan intisari bentuk yajna atau
pemujaan. Om disthanakan oleh para sadhaka di dalam sari alam semesta
dalam wujud ghreta (susu), taila (biji-bijian, benih) dan madhu (madu).
Bentuk-bentuk upakara yang lain yang bahannya diambil dari isi jagat
(isin pasih, isin tukad, isin danu, isin alas dsb) yang kemudian
dijadikan yantra, dimaksudkan untuk dihidupkan, ditegakkan dan
dirahayukan kembali (winangun urip, panyegjeg jagat, bhuta hita,
jagathita, sarwaprani hita).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>YAJNYA</i> : YOGA DAN YOGI<br />
Uraian
singkat di atas telah menyiratkan bahwa pelaksanaan yajna atau pemujaan
sesungguhnya adalah proses yoga. Mantra dan yantra misalnya adalah
jalan bagi seseorang yogi untuk mencapai tujuan yoganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
ajaran yoga tantris, sifat imanensi yang mutlak dalam semesta alarn dan
dalam diri manusia sebagai bagian dan semesta alam, dapat dibedakan
menjadi tiga bentuk: niskala (immaterial), Sakala-niskala
(materialimmaterial) dan sakala (material) Niskala dipakai dengan
bentuknya sebagai hakikat terdalam segala sesuatu. Dalam kaitannya
dengan yoga, niskala berarti lubuk hati seseorang, jiwanya yang paling
dalam. Yang mutlak bersifat sekala-niskala bila mulai terwujud dalam
hati seorang yogi, materialisasinya mencapai puncaknya, bila dalam
keadaan sekala yang mutlak menjadi objek pencerepan (persepsi) panca
indera, misalnya bersemayam atau bersthana (supratistham pinratistha) di
dalam sebuah benda yang disucikan (yantra). Dengan mengadakan
konsentrasi terus-menerus seorang yogi seolah-olah menghimbau yang
Mutlak untuk meninggalkan keadaan niskala-nya sehingga menampakkan diri
di hadapan mata batin dalam keadaan sakala-niskala sambil bersemanyam di
hati seorang yogi. Sang yogi lalu menarik Yang Mutlak ke atas,
meninggalkan tubuhnya lewat Siwadwara (sahasrapadma : bunga padma
berkelopak seribu), yang berada di dalam kepala, lalu menghimbau Yang
Mutlak bersthana di suatu benda atau tempat suci. Obyek ini lalu menjadi
sarana untuk mengadakan kontak dengan Yang Mutlak dalam keadaan yang
Skala, yang telah disthanakan di dalam Padmasana, sanggartawang dan
lain-lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Praktek yoga seperti inilah yang dilaksanakan oleh para
seulinggih, tepatnya para sadhaka. Maka seorang sadhaka adalah beliau
yang, melaksanakan sadhana. Di Bali sasana yang dipakai landasan disebut
juga dalam Wrehaspatitattwa, Tattwa jnana, Jnan sidhanta dan lain.
Antara lain diuraikan ajaran asthanggayoga terdiri atas Yama, Nyama,
Asana Pranayama, Pratihara, Dharma, Dhyana, dan Samadhi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jelasnya
seorang Sadhaka yang biasanya memimpin yajna adalah seorang Wrati,
beliau yang melaksanakan Wrata (brata). Brata banyak sekali jenisnya,
diantaranya yang penting misalnya ialah yang dilakukan pada han
Siwaratri, terdiri atas Upawasa, Mona dan Jagra. Brata diyakini akan
menghasilkan punya (kekuatan positip, dan dapat melenyapkan papa
(kesengsaraan).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian aktifitas yajna sesungguhnya
adalah praktik yoga. Yajna dilaksanakan pada hari suci (subha diwasa)
misalnya pada hari Tilem, Purnama; dilaksanakan pada suatu tempat
terpilih (tempat suci). Maka aktifitas yajna adalah sebuah totalitas
kesemestaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SAT CIT ANANDA<br />
Yajna merupakn basis kehidupan yang
antara lain menjadi sumber inspirasi dan kreatifitas umat Hindu. Maka
yajna memberi kekuatan hidup; pikiran-pikiran segar dan suci senantiasa
diperlukan dalam setiap kehidupan, pada setiap zaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelaksanäan
yajna ditentukan juga oleh ruang dan waktu (desa-kala) lalu menyadarkan
manusia (patra) tentang posisinya di alam semesta alam raya ini, serta
hakikat dirinya yang merupakan putra Sang Abadi (Amretsyah Putrah).
Manusia dengan demikian membangun sifat tyaga (ikhlas) dalam diri,
melakukan pengorbanan bagi kerahayuan masyarakat luas, dan untuk
mencapai tujuan kehidupan yaitu Sat Cit Anandam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Yadnya adalah jalan
kesucian, karena dengan melaksanakan yajna sesungguhnya manusia
menyucikan dirinya, dan menyadari bahwa hakikat dirinya adalah suci.
Oleh karena itu tapa, yajna, kirti dan yoga yang merupakan jalan
kesucian mendapat tempat yang sangat mulia dalam agama Hindu. [WHD No.
516 Desember 2009].</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
</div>
phdi jatenghttp://www.blogger.com/profile/13788816200367015283noreply@blogger.com0